KUBET – Miris, Pemain Malut United Diminta Setor Uang agar Dimainkan Pelatih
- instagram.com/malutunitedfc
VIVA – Skandal memalukan mencuat dari tubuh Malut United. Sejumlah pemain lokal mengaku diminta menyetor uang agar mendapat kesempatan bermain membela klub di Liga 1.
Praktik tak etis ini mengguncang klub dan berujung pada pemecatan dua sosok penting: pelatih kepala Imran Nahumarury dan Direktur Teknik Yeyen Tumena.
Wakil Manajer Malut United, Asghar Saleh, mengungkapkan bahwa manajemen menemukan pelanggaran serius yang mencoreng integritas tim. Di antara pelanggaran tersebut, yang paling mencolok adalah permintaan uang dari pemain agar bisa diturunkan.
“Asal main bukan lagi soal performa, tapi soal setoran. Beberapa pemain mengaku harus menyetor sejumlah uang agar dimainkan,” ujar Asghar, dilansir dari Antara.
Tak hanya soal setoran dari pemain lokal, manajemen juga menemukan indikasi pemotongan gaji serta pengambilan fee dari dua pemain asing.
“Ini benar-benar di luar batas. Etika profesional telah dilanggar dengan sangat fatal,” tambahnya, didampingi perwakilan manajemen Hengky Oba.
Sudah Diberi Kepercayaan, Tapi Disalahgunakan
Imran dan Yeyen sempat diberi kepercayaan penuh, bahkan mendapat peningkatan kompensasi hingga tiga kali lipat setelah tim naik kasta ke Liga 1. Namun, alih-alih membawa klub ke arah lebih baik, keduanya justru terlibat dalam praktik yang merugikan pemain dan merusak nama klub.
“Kami kecewa berat. Kepercayaan yang kami berikan dikhianati. Pemain-pemain muda yang harusnya diberi ruang malah dijadikan ladang bisnis,” ujar Asghar.
Meski tengah bersiap menjalani pemusatan latihan (TC) di Yogyakarta mulai 27 Juli 2025 sebagai persiapan menuju Liga 1, manajemen menegaskan bahwa kasus ini tidak akan diabaikan. “Kami tidak bisa diam. Ini menyangkut nilai-nilai yang kami jaga sebagai klub profesional,” tegas Asghar.
Imran Sudah Minta Maaf, Yeyen Masih Bungkam
Imran Nahumarury diketahui telah mengirimkan surat permintaan maaf kepada manajemen, mengakui kesalahan dan berjanji tak mengulangi perbuatannya. Permintaan maaf itu diterima manajemen sebagai bentuk tanggung jawab moral.
Namun, Yeyen Tumena masih bungkam dan belum menunjukkan itikad baik. Manajemen pun membuka opsi membawa persoalan ini ke jalur hukum maupun ke PSSI. “Jika tidak ada klarifikasi dari Yeyen, kami siap tempuh langkah hukum. Ini bukan urusan pribadi, ini soal bersih-bersih sepak bola,” tutup Asghar.