KUBET – Mega-tsunami Terungkap Satelit NASA

Ilustrasi tsunami.
Sumber :

  • pixabay

Jakarta, VIVA – Para ilmuwan telah melakukan pengamatan langsung pertama terhadap peristiwa seismik aneh yang mengguncang dunia selama sembilan hari berturut-turut pada 2023 dan mengonfirmasi penyebabnya, yaitu dua mega-tsunami yang melanda fjord Greenland Timur.


Gunung Es Terbesar di Dunia Pecah Jadi Ribuan Keping, Bencana bagi Manusia?

Ombak raksasa — salah satunya setinggi 650 kaki (200 meter), atau sekitar setengah tinggi Gedung Empire State di New York, AS — memasuki Dickson Fjord di Greenland Timur dan berguncang maju mundur selama sembilan hari pada September 2023, mengirimkan gelombang seismik yang bergema melalui kerak planet.

Sinyal tersebut awalnya merupakan misteri bagi para ilmuwan, tetapi citra satelit dan darat melacak kemungkinan penyebabnya, yaitu tanah longsor di fjord, seperti dikutip dari situs Livescience, Sabtu, 7 Juni 2025.


7 Bukti Alien di Bumi: Penemuan Mengejutkan yang Mengguncang Dunia Sains

Tanah longsor ini melepaskan gelombang, yang dikenal sebagai seiches, menyusul mencairnya gletser di balik fjord akibat perubahan iklim. Namun, tidak ditemukan bukti langsung adanya seiches tersebut.

Kini, teori tersebut telah dikonfirmasi oleh satelit baru yang melacak air di permukaan laut. Temuan tersebut dipublikasikan pada 3 Juni 2025 di Jurnal Nature Communications.


Duit NASA Dipangkas, Eropa Menangis, Gimana Nasib ke Mars?

“Perubahan iklim memunculkan ekstrem baru yang tak terlihat. Ekstrem ini berubah paling cepat di daerah terpencil, seperti Arktik, di mana kemampuan kita untuk mengukurnya menggunakan sensor fisik terbatas. Studi ini menunjukkan bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi observasi Bumi satelit generasi berikutnya untuk mempelajari proses ini,” kata penulis utama studi Thomas Monahan, mahasiswa pascasarjana ilmu teknik di Universitas Oxford, Inggris.

Biasanya, ilmuwan mempelajari pergerakan gelombang tsunami menggunakan metode yang disebut altimetri satelit, di mana pulsa radar dikirim ke permukaan laut dari orbit untuk mengukur tinggi gelombang berdasarkan waktu yang dibutuhkan pulsa untuk kembali.

Namun, karena satelit memiliki jangkauan yang panjang dan instrumennya hanya dapat mengukur apa yang ada di bawahnya, mereka tidak dapat mengukur perbedaan tinggi air di area terbatas seperti di dalam fjord.

Untuk mengonfirmasi keberadaan seiches, para ilmuwan beralih ke data yang diambil oleh satelit Surface Water and Ocean Topography (SWOT) yang baru, sebuah proyek gabungan NASA dan CNES, badan antariksa Prancis.

Diluncurkan pada Desember 2022, satelit tersebut menggunakan instrumen yang disebut Ka-band Radar Interferometer (KaRIn) untuk memetakan 90 persen air di seluruh permukaan laut.

KaRIn bekerja dengan menggunakan dua antena yang dipasang melintang pada setiap sisi satelit untuk melakukan triangulasi sinyal balik pulsa radar dengan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya — mengukur ketinggian air dengan resolusi hingga 8,2 kaki (2,5 meter) sepanjang busur 30 mil (50 kilometer).

Data SWOT yang diambil di atas fjord selama dua mega-tsunami mengungkap dua lereng lintas saluran yang bergerak ke arah berlawanan di antaranya, yang mengonfirmasi keberadaannya.

Pengamatan seismik yang dilakukan ribuan mil jauhnya, bersama dengan pembacaan cuaca dan pasang surut, semakin memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi gelombang dan menghubungkannya secara meyakinkan dengan sinyal seismik misterius.

“Studi ini adalah contoh bagaimana data satelit generasi berikutnya dapat memecahkan fenomena yang masih menjadi misteri di masa lalu. Kita akan bisa mendapatkan wawasan baru tentang kondisi ekstrem di lautan seperti tsunami, gelombang badai, dan gelombang aneh,” ungkap Thomas Adcock, seorang profesor ilmu teknik di Universitas Oxford.

Akan tetapi, untuk mendapatkan hasil maksimal dari data ini, para ilmuwan perlu berinovasi dan menggunakan pembelajaran mesin serta pengetahuan tentang fisika lautan untuk menginterpretasikan temuan barunya tersebut.

Halaman Selanjutnya

Halaman Selanjutnya