KUBET – Rocky Gerung Soroti Gestur Gibran saat Jalan di Belakang Prabowo-Megawati: Kehilangan Marwahnya
- Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden
Jakarta, VIVA – Momen Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka berjalan di belakang Presiden RI Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat peringatan Hari Pancasila di Jakarta, Senin kemarin, jadi sorotan. Gerakan tubuh gestur Gibran pun dikaitkan dengan dinamika politik.
Pengamat politik Rocky Gerung menganalisa gestur Gibran karena menarik perhatian netizen. Bagi dia, eks Wali Kota Solo itu terlihat seperti kurang fit and proper.
“Bahwa ada yang kurang fit and proper. Kurang tepat atau kurang pas karena Gibran yang Wakil Presiden justru berjalan di belakang Megawati ya Ketua Umum PDIP,” kata Rocky dalam YouTube Rocky Gerung Official dikutip pada Selasa, 3 Juni 2025.
Menurut dia, momen Gibran jalan di belakang Megawati saat menuju lapangan ucapara peringatan Hari Pancasila itu dalam konteks ketegangan politik. Ia menyebut ketegangan itu sekarang jadi konflik politik antara PDIP dengan ayah Gibran yang juga Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi.
Kata Rocky, Gibran seperti tak lagi dilihat dari kekuasaan. Tapi, dilihat karena berawal dari Jokowi. “Jadi, kalau Gibran berjalan di belakang Megawati lalu netizen mulai menganggap bahwa yaitu secara moral atau bahkan secara politik aristokratik, Gibran itu tidak lagi dianggap sebagai sosok yang punya political standing,” lanjut Rocky.
“Apalagi moral standing untuk berjalan berdampingan dengan Ibu Megawati atau berdampingan dengan Presiden,” tutur Rocky.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden RI Prabowo Subianto.
Photo :
- Antara FOTO
Rocky bilang menjadi unik dalam dinamika saat ini karena konflik dan konfrontasi politik harus dianalisis melalui gestur para tokoh. Meski gesture diakuinya lebih mudah dianalisa ketimbang pernyataan tokoh politik.
“Bahasa tubuh itu memang lebih mudah untuk kita baca ketimbang statement-statement diplomatik di antara komunikator politik atau ulasan-ulasan yang sifatnya hanya menutup-nutupi kondisi sebetulnya,” ujar Rocky.
Dia menyebut kondisi riil politik itu bisa terbaca dalam persaingan gestur. “Jadi, kondisi riil dari politik kita terbaca dalam persaingan bahasa tubuh antara Ibu Mega dengan Wakil Presiden Pak Gibran,” lanjut Rocky.
Lebih lanjut, ia menuturkan menganalisa dari gestur sebagai model baru dalam melihat ketegangan politik.
“Dengan mengurai suasana yang diliput suatu peristiwa lalu terlihat bahwa ada kecanggungan pada saudara Gibran,” sebut Rocky.
Dia menekankan dengan gestur yang terlihat canggung, Gibran seperti kehilangan marwahnya sebagai RI-2. Kecanggungan itu karena rentetan problem politik yang sebelumnya terjadi dengan PDIP.
“Jadi, kelihatannya sosok Gibran ini yang sebetulnya officially seorang Wakil Presiden, kehilangan marwahnya, kira-kira begitu. Ya, memang kehilangan marwahnya karena problem-problem sebelumnya,” tutur Rocky.